Yosh! Yosh!
Minna-san... Ogenki desuka?
Kalian suka dengan budaya Jepang? Pernah dengar kata ‘Kabuki’?
Atau jangan-jangan sudah paham betul? Atau nggak pernah dengar sekali pun?
Atau... pernah dengar tapi belum tau tuh apa yang dimaksud Kabuki? Eh. Tenang!
Disini saya akan membantu teman-teman, Apa sih Kabuki itu?
Kabuki. Bagi penikmat seni teater
Jepang, pasti tidak ada yang asing dengan kata Kabuki. Karena, Kabuki sendiri
adalah seni teater tradisional dari Jepang. Kabuki sudah ada sejak 400 tahun lalu.
Kabuki juga tidak pernah lepas dari pertunjukan musik dan tarian, karena memang
musik dan tarian lah yang menjadi pokok dari pementasan Kabuki.
Sejarah kabuki dimulai pada tahun 1603. Sebuah pertunjukan dramatari yang dibawakan wanita
bernama Okuni di kuil Kitano Temmangu, Kyoto. Tidak jelas siapa wanita yang bernama Okuni
tersebut. Tetapi kemungkinan besar Okuni adalah seorang miko asal kuil Izumo Taisha, atau juga seorang kawaramono (sebutan seperti menghina untuk orang kasta rendah yang
tinggal di tepi sungai).
Saat Okuni
mulai mementaskan tarian di luar Kyoto, ibukota kuno Jepang. Pertunjukan Kabuki
menjadi terkenal sehingga sejumlah penari dan musisi lain membentuk grup kabuki
milik mereka sendiri. Pertunjukan kabuki yang digelar sekelompok wanita penghibur disebut Onna-kabuki
(kabuki wanita), sedangkan kabuki yang dibawakan remaja laki-laki disebut Wakashu-kabuki (kabuki remaja laki-laki).
Izumo no Okuni
Musik mempunyai
peranan sangat penting dalam pementasan Kabuki. Musik Kabuki dibagi menjadi dua
yaitu shosa ongaku dan geza ongaku. Shosa ongaku menggunakan alat musik shamisen yang mengiringi tayu
untuk menambah jelasnya pelaku dalam aktingnya. Sedangkan geza ongaku, yaitu
musik yang melengkapi pertunjukan
kabuki dari belakang panggung. Musik pengiring kabuki dibagi berdasarkan arah sumber suara. Musik yang
dimainkan di sisi kanan panggung dari arah penonton disebut gidayƫbushi. Sedangkan, musik yang
dimainkan di sisi kiri panggung dari arah penonton disebut geza ongaku, dan musik yang dimainkan
di atas panggung disebut debayashi.
Dalam pementasan
drama kabuki, unsur tari
menjadi penunjang yang sangat penting, karena setiap bentuk tarian akan menjadi
klimaks dari sebuah lakon yang dipentaskan. Ada 2 jenis tarian yang digunakan
dalam pementasan drama klasik kabuki yaitu
tarian selingan dan tarian drama. Tarian selingan hanya ditampilkan sebagai
sisipan diantara pergantian babak dalam drama klasik pementasan kabuki. Tujuan
sendiri adalah untuk menghilangkan kejenuhan bagi penonton. Sementara Tarian
drama ditampilkan dengan di iringan musik secara lengkap. Tarian ini bertujuan
menunjang gerakan para pemain kabuki dalam memainkan lakon yang diperankan
sehingga menjadi lebih menarik. Pada umumnya tarian ini memaparkan suatu cerita
secara lengkap sesuai dengan skenario drama yang dipentaskan.
Tapi, usut punya usut nih. Pada waktu itu, karena pada
pementasan kabuki diperuntukkan bagi masyarakat kelas bawah, seni teater kabuki
tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat kelas atas. Wah.. sayang donk! Dan
lebih parahnya lagi, beberapa artis kabuki perempuan menjadi populer untuk lagu-lagu
mesum dan tarian provokatif mereka. Hmm.. Kok bisa ya?